twitter
rss

Selamat Datang di website kami
-------------------------------------------------------------------------------
"pendidikan bisa dimana saja, apa saja dan kapan saja, karena semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah!

“Fikirkan hal-hal yang paling hebat,Dan engkau akan menjadi terhebat.
Tetapkan akal pada hal tertinggi, Dan engkau akan mencapai yang tertinggi.”

"seseorang yang dipersanjatai dengan Informasi akan selalu memenangkan pertempuran"

"setiap orang bisa belajar, hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan cara yang sama"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Homeschooling itu gampang?
Rasanya kok optimis banget ya? Tapi ya memang harus optimis, optimis bisa dilakukan oleh siapa pun. Karena dari beberapa sumber yang aku baca, tidak ada satu keluarga yang menerapkan homeschooling dengan sama persis, semua kembali pada nilai-nilai yang dianut oleh keluarga yang melaksanakan homeschooling.

Karena basis homeschooling adalah keluarga, maka pelaksanaannya pun sangat menyesuaikan dengan gaya hidup keluarga tersebut. Biasanya yang menghambat atau yang paling menakutkan bagi keluarga yang tertarik atau yang ingin ber-homeschooling adalah besarnya tanggung jawab keluarga (orang tua) atas proses belajar anaknya. Di sisi lain, orang tua terkadang merasa tidak memiliki keahlian yang cukup untuk mendampingi proses belajar anak-anaknya.

Ketakutan ini muncul, biasanya disebabkan pemikiran untuk memindahkan ‘sekolah’ ke ‘rumah’. Hal ini tentunya sangat memberatkan peran orang tua. Padahal inti homeschooling bukanlah pada proses perpindahan tersebut, melainkan lebih kepada fungsi dan sentral proses belajar anak yang dikembalikan ke tanggung jawab keluarga (orang tua). Sehingga pada prosesnya, keluarga memfasilitasi proses belajar anak yang dikembalikan pada gaya dan kebutuhan belajar anak.

Karena setiap anak, memiliki gaya, kebutuhan dan kesiapan belajar yang berbeda-beda, maka homeschooling di satu keluarga pun menjadi beragam, disesuaikan dengan masing-masing anak. Anak yang memutuskan kapan dia mau, kapan dia siap dan kapan dia membutuhkan suatu ketrampilan tertentu. Sebagai orang tua, tugasnya adalah memfasilitasi, menstimulasi dan memberikan akses yang seluas-luasnya pada anak untuk mengeksplorasi dirinya sendiri. Jika kemudian anak membutuhkan bantuan dari pihak lain yang lebih kompeten, adalah sah-sah saja, karena semangat homeschooling adalah belajar di mana saja, kapan saja, dengan apa dan siapa saja.

Yang dibutuhkan dari proses homeschooling itu sendiri adalah kemauan dan kesediaan orang tua memberikan akses seluas-luasnya atas proses belajar anak-anaknya. Kesediaan membacakan buku, mengeksplorasi internet bersama, mengajak anak-anak melihat dunia di sekelilingnya, ke tempat-tempat yang menarik, adalah bentuk pemberian akses pada anak, untuk kemudian memacu kesiapan anak untuk belajar. Apakah itu sulit? Tentu saja tidak. Malahan hal tersebut sangat mudah dilakukan.

Jadi, apakah homeschooling itu sulit? Tentu saja tidak. Homeschooling itu gampang. Masalahnya adalah, apakah kita mau atau tidak melaksanakannya. 

Bagikan

Kreativitas dan imaginasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Otak manusia terdiri dari belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.

Sayangnya sistem pembelajaran di negeri kita masih mengacu pada perkembangan otak kanan semata. Padahal di Eropa dan Amerika misalnya, pendidikan yang diterapkan berupa kegiatan menari, menyanyi, melukis dan sebagainya pada awal-awal pendidikan. Mereka yakin dengan merangsang seni, kreativitas dan imajinasi terlebih dahulu, ketika belajar yang matematika dan analogis nantinya bisa lebih baik. Kondisi ini terbalik di Indonesia yang nampak dari kurikulum nasionalnya tampak cenderung melalaikan pengembangan kreativitas dan imajinasi anak.

Padahal kreativitas dan imajinasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian maka dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan tiap hari.

Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir
Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik. Maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak 3 kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak. Karena belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan main tebak-tebakan ini bisa dilakukan tiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.

Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera
A lat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak makin kuat serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan makin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan makin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.

Biasakan Rapi dan Disiplin
S ementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasanya anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.

Musik, Seni dan Olah Raga
D i pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apapun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate dll.

Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar
M embaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosa kata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosa kata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.

Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa
Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan atau merasa kurang waktu untuk anak, kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya. Selamat berlatih dan membiasakannya menjadi kebiasaan rutin dan baik.

Bagikan


Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa. EFT itu sendiri apa sih??? Untuk lebih jelasnya silahkan dibaca disini. Oke, kita lanjutkan saja. Pakar EFT tersebut mengambil sampel darah seorang pasien (Rebecca) kemudian memotretnya dengan menggunakan “darkfield microscope” yang dihubungkan dengan monitor komputer. Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali emosinya berubah. Berikut ini adalah foto darah seorang Rebecca sebelum dan sesudah melakukan EFT.
Sebelum melakukan EFT ( sel darah merah menggumpal disebabkan oleh Lectin yang didapat dari alergi ayam & alpukat )
Sesudah melakukan EFT ( sel darah merah menjadi normal kembali )
Kemudian Rebecca melakukan EFT lagi dan mengundang emosi “sedih” dengan cara memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis, lalu sang pakar EFT ( Dr. Felicy) mengambil sampel darahnya lagi.
Kondisi darah saat sedih ( sel darah begerak cepat dan berbentuk air mata ). Lalu Rebecca menggunakan EFT untuk mengundang energi “cinta” untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang berkilauan dalam cairan darah.
Kondisi darah saat merasakan cinta : ( sel darah bergerak pelan dan cenderung berkumpul )
Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat “sedih” terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat “merasakan cinta”. Jadi walaupun darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya.

Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat cepat (ditunjukkan pada gambar dibawah dimana terlihat sel-sel darah saling berjatuhan). Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut.
Kondisi darah saat merasa takut

Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan “sifat feminine Tu[h]an”. Dalam keyakinan ia sebut “divine mother”, sifat penyayang, penyantun dan pemelihara. Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan darahnya. Saat merasakan ketenangan karena telah memikirkan dan coba menerima sifat tersebut, Rebecca merasakan seperti ini “saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya sampai menangis bahagia karenanya”, begitu Rebecca tersebut menggambarkan pengalamannya.
Saat sampel darah Rebecca diambil setelah merasakan pengalaman religius itu, kemudian dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan komputer, semua yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat kondisi darah yang sama sekali berbeda dengan yang lain, cairah darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan. Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung mini.
Kondisi darah (timbul substansi putih berkilauan dan darah bergerak pelan dan sangat teratur)


Sumber : http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/10/07/

Bagikan

Kata sekolah berasal dari bahasa latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak ditengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran

Bagikan

Belajar memahami sesuatu

Foto saya
Semua hal didunia ini diciptakan dengan ilmu

Total Tayangan Halaman

Pengunjung ke:

Categories

free counters